Kamis, 31 Oktober 2013

perbedaan masyarakat kota dan desa


DESA
a. Menurut Roucek – Warren :
• Kelompok primer merupakan kelompok dominan
• Hubungan antar warga bersifat akrab dan awet
• Homogen dalam berbagi aspeknya
• Mobilitas sosial rendah
• Keluarga lebih dilihat fungsinya secara ekonomis sebagai unit produksi
• Proporsi anak lebih besar
b. Menurut Mayor Polak :
• Bersifat kekeluargaan
• Bersifat koeltif dalam pembagian dan pengerjaan tanah
• Bersifat kesatuan ekonomis, yaitu dapat memenuhi kebutuhan sendiri (subsistensi)
c. Menurut Bauchmant :
• Jumlah penduduk kecil
• Sebagian besar penduduk dari pertanian
• Dikuasai alam
• Homogen
• Mobilitas rendah
• Hubungan intim
d. Menurut Talcott Parson :
• Afektifitas : Hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap tolong menolong terhadap orang lain.
• Orientasi kolektif : meningkatkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak (enggan) berbeda pendapat
• Partikularisme : semua hal yang berhubungan dengan apa yang khusus untuk tempat atau daerah tertentu saja, perasaan subjektif, rasa kebersamaan
• Askripsi : berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang disengaja, tetapi lebih merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keharusan
• Kekaburan (Diffusenses) : sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antarpribadi, tanpa ketegasan yang dinyatakan secara eksplisit (tidak to the point).
e. Menurut Paul H Landis :
• Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk
• Para orang tua umumya otoriter terhadap anak-anaknya
• Cara berfikir dan sikapnya konservatif dan statis
• Mereka amat toleran terhadap nilai-nilai budayanya sendiri, sehingga kurang toleran terhadap budaya lain
• Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif
• Memiliki sikap udik dan isolatif serta kurang komunikatif dengan kelompok sosial di atasnya

f. Menurut Poplin (1972) :
• Perilaku masyarakatnya homogen
• Perilakunya yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
• Perilakunya yang berorientasi pada tradisi dan status
• Isolasi sosial, sehingga statik
• Kesatuan dan keutuhan kultural
• Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
• Kolektivisme
g. Menurut Lowrrey Nelson :
• Mata pencaharian : agraris homogen
• Ruang kerja : terbuka, terletak di sawah, ladang dsb
• Musim/ cuaca : sangat penting untuk tentukan masa tanam/panen
• keahlian/ ketrampilan : umum dan merata untuk setiap orang
• kesatuan kerja keluarga : sangat umum
• jarak rumah dengan tempat kerja : berdekatan
• kepadatan penduduk : rendah / sedikit
• besarnya kelompok : sedikit / kecil
• kontak sosial : sedikit / pribadi
• rumah : tradisional / pribadi
• lembaga / institusi : kecil / sederhana
• kontrol sosial : adat istiadat, kebiasaan
• sifat dari kelompok : bergerak dari kegiatan primer
• mobilitas penduduk : rendah
• status sosial : stabil
• stratifikasi sosial : sedikit
h. Menurut Soerjono Soekanto :
• Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alam
• Kehidupan petani sangat bergantung pada musim
• Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja
• Struktur perekonomian bersifat agraris
• Hubungan antar anggota masyarakat desa berdasar ikatan kekeluargaan
• Perkembangan sosial relatif lambat
• Kontrol sosial ditentukan oleh moral dan hukum informal
• Norma agama dan adat masih kuat
i. Menurut Dirjen Bangdes (Pembangunan Desa) :
• Perbandingan lahan dengan manusia(man-land ratio) cukup besar artinya lahan di pedesaan relatif luas dari pada jumlah penduduk, sehingga kepadatan penduduknya masih rendah
• Lapangan kerja yang dominan agraris
• Hubungan warga desa akrab
• Tradisi lama masih berlaku.



Menurut dirjen Bangdes, ciri2 wilayah desa antara lain ;
  • Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar ( lahan desa lebih luas dari jumlah penduduknya, kepadatan rendah ).
  • Lapangan kerja yang dominan adalah agraris ( pertanian )
  • Hubungan antar warga amat akrab
  • Tradisi lama masih berlaku.
Ada beragam bentuk desa yang secara sederhana dikemukakan sbb ;
  • Bentuk desa menyusur sepanjang pantai ( desa pantai ).
Di daerah pantai yang landai dapat tumbuh permukiman yang bermatapencarian di bidang perikanan, perkebunan kelapa dan perdagangan. Perluasan desa pantai itu dengan cara menyambung sepanjang pesisir, sampai bertemu dengan desa pantai lainnya. Pusat2 kegiatan industri kecil ( perikanan, pertanian ) tetap dipertahankan di dekat tempat tinggal semula.
  • Bentuk desa yang terpusat ( desa pegunungan ).
Terdapat di daerah pegunungan. Pemusatan tsb didorong kegotongroyongan penduduknya. Pertambahan penduduk memekarkan desa pegunungan itu ke segala arah, tanpa rencana. Pusat2 kegiatan penduduk bergeser mengikuti pemekaran desa.
  • Bentuk desa linier di dataran rendah.
Permukiman penduduk di sini umumnya memanjang sejajar dengan jalan raya yang menembus desa tsb. Jika desa mekar secara alami, tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada kalanya pemekaran ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya mengelilingi desa ( ring road ) agar permukiman baru tak terpencil.
  • Bentuk desa mengelilingi fasilitas tertentu.
Fasilitas yang dimaksud, misalnya, mata air, waduk, lapangan terbang, dll. Arah pemekaran ke segala arah, sedangkan fasilitas industri kecil tersebar di mana pun sesuai kebutuhan.
Bentuk2 desa tsb bertalian erat dengan usaha pengembangan dan penggalian sumber dayanya secara optimal. Dengan cara bijaksana, perkembangan permukiman harus direncanakan secara khusus, sehingga terjamin wajah permukiman yang baik dan menguntungkan. Di samping bentuk desa, Bintarto menyatakan ada 6 pola desa ; memanjang jalan, memanjang sungai, radial, tersebar, memanjang pantai, memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api. Daerah Bantul, Yogyakarta merupakan line village ( pola desa memanjang jalan ). Permukiman di sekitar Gunung Slamet dan sungai di lerengnya membentuk desa berpola radial. Pola desa di daerah karst Gunung Kidul, Yogyakarta adalah tersebar. Permukiman di daerah Rengasdengklok, Jawa Barat dan Tegal membentuk desa berpola memanjang ( desa nelayan ) dan sejajar rel kereta api.
Menurut Dirjen Pembangunan Desa, wilayah pedesaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Perbandingan tanah dengan manusia (man land ratio) yang besar.
  2. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani (agraris).
  3. Penduduknya masih bersifat tradisional.
ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
  1. Sederhana
  2. Mudah curiga
  3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
  4. Mempunyai sifat kekeluargaan
  5. Lugas atau berbicara apa adanya
  6. Tertutup dalam hal keuangan mereka
  7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
  8. Menghargai orang lain
  9. Demokratis dan religius
  10. Jika berjanji, akan selalu diingat
11.  Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.
12.  Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.

Ciri-ciri Masyarakat Desa

  • Kehidupan keagamaan di kota berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
  • Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
  • Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
  • Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
  • Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
  • Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
  • Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh








KOTA
Menurut Bintarto, ciriciri kota dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

a. Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
2) Tempat parkir yang memadai.
3) Tempat rekreasi dan olahraga.
4) Alun-alun.
5) Gedung-gedung pemerintahan.

b. Ciri-Ciri Sosial
1) Masyarakatnya heterogen.
2) Bersifat individualistis dan materialistis.
3) Mata pencaharian nonagraris.
4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar).
5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
7) Pandangan hidup lebih rasional.
8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas.
  1. Menurut Lowrey ( ada 14 ciri- ciri)
a. Mata pencaharian ; Non agraris heterogen
b. Ruang kerja : Tertutup
c. Musim/ cuaca/ iklim : Tidak beegitu penting
d. Keahlian/ ketrampilan : Spesialis dan mengelompok
e. Rumah dengan tempat kerja : Jauh terpisah
f. Kepadatan penduduk : Tinggi
g. Kepadatan rumah : Tinggi
h. Kontak social : frequensi tingggj
i. Stratifikasi social : Kompleks
j .Lembaga-lembaga social : Kompleks
k. Kontrol social : Adat/ tradisi tidak berpengaruh besar
l Sifat masyarakat : Patembayan/ gasselschaft
m Mobilitas penduduk : Tinggi
n. Sistim social : Tidak stabil
A. Ciri-Ciri Kota
Menurut Bintarto, kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.
Sedangkan Max Weber mendefinisikan kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
Menurut Bintarto, ciri-ciri kota dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a. Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1. Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
Pasar menjadi tempat bertemunya orang-orang yang ingin melakukan transaksi perekonomian (penjual dan pembeli). Mengingat kebutuhan hidup di kota sangat beragam, sehingga diperlukan tempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, termasuk pasar dan supermarket. Pasar di kota juga menjadi tempat di mana bertemunya beberapa penjual yang berasal dari desa atau daerah lain, untuk memasarkan hasil pertanian.
2. Tempat parkir yang memadai.
Banyaknya tempat parkir yang memadai dikarenakan volume kendaraan di kota pun sangat banyak.
3. Tempat rekreasi dan olahraga.
Kota yang dipenuhi oleh berbagai kesibukan, tentunya penduduk kota pun memerlukan hiburan jika mereka jenuh dengan segala pekerjaan mereka, salah satunya dengan mengunjungi tempat rekreasi. Tempat olahraga digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan hobi.
4. Alun-alun.
Alun-alun sebuah kota dapat dijadikan simbol kota tersebut. Alun-alun kota juga digunakan sebagai tempat pertemuan antar penduduk, atau antara pemerintah dengan penduduk, jika ada sebuah perayaan.
5. Gedung-gedung pemerintahan.
Salah satu peranan kota yaitu pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintah serta tempat kedudukan pimpinan pemerintah. Sehingga, di kota banyak gedung pemerintahan.
b. Ciri-Ciri Sosial
1. Masyarakatnya heterogen.
Umumnya, penduduk kota merupakan imigran dari berbagai daerah yang tentunya berbeda. Apalagi didukung oleh mata pencaharian yang juga sangat beragam.
2. Bersifat individualistis dan materialistis.
Sikap kehidupan masyarakat kota cenderung pada individualisme, yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh orang lain. Selain itu, persaingan di kota sangat ketat sehingga penduduknya lebih memikirkan kepentingan sendiri dan cara untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3. Mata pencaharian nonagraris.
Umumnya, mata pencaharian penduduk kota, di luar bidang pertanian, seperti pedagang, karyawan swasta, PNS, penjual jasa dan profesional.
4. Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar).
Orang kota hanya merasa satu ikatan dengan anggota perkumpulannya, seprofesi, sekepentingan. Umumnya mereka menjadi anggota perkumpulan formal seperti organisasi pekerjaan, olahraga, hobi, seni dan lain-lain. Mereka pun memiliki mobilitas yang tinggi, suka pergi ke mana-mana.
5. Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
Ini diakibatkan oleh penduduk kota yang heterogen dari segi mata pencaharian, ada kelompok yang memiliki penghasilan yang besar dan ada juga penduduk dengan penghasilan yang sedikit bahkan kurang, sehingga ada celah yang sangat besar dengan kedua golongan tersebut. Apalagi penduduk dengan penghasilan besar tersebut menguasai modal.
6. Norma-norma agama tidak begitu ketat.
Penduduk kota yang individualistis dan materialistis adalah bukti bahwa mereka tidak terlalu mementingkan norma-norma agama. Karena sibuk dengan persaingan yang ada di kota, secara tidak langsung mereka juga semakin jarang mengikuti acara keagamaan.
7. Pandangan hidup lebih rasional.
Pandangan hidup lebih rasional karena keadaan kota yang menunjukkan persaingan ketat sehingga penduduk lebih dituntut untuk bertindak rasional daripada sekedar mengikuti perasaan.
8. Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas.
Di kota, terdapat kompleks tempat tinggal khusus bagi kelompok kelas sosial atas dengan berbagai sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Ada pula kawasan pemukiman tertentu kelompok kelas sosial bawah, di mana umumnya penduduk kelas bawah tinggal di kawasan yang kumuh dan kotor, seperti pinggir rel, pinngir sungai dan di bawah jembatan.
B. Permasalahan Kota serta Solusi
Ketika mendengar kata kota, kita selalu menunjuk suatu kawasan yang sangat ramai, lalu lintas yang padat, pertokoan yang berderet-deret, dan fasilitas umum yang tersedia di berbagai tempat. Terlepas dari segala kemewahan yang ditawarkan, kota menyimpan sejuta permasalahan. Permasalahan di kota jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan desa. Masalah kota yang sering muncul adalah kemacetan lalu lintas, kepadatan penduduk dan banjir.
Masyarakat kota :
  1. Kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
  2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
  3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
  4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
  5. Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
  6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
  7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh.

Ciri-ciri

Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:
  • Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
  • Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
  • Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
  • Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
  • Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.
  • Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
  • Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
  • Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
  • Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
  • Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam berinteraksi)
CIRI MASYARKAT KOTA
- Adanya keanekaragaman penduduk
- Sikap penduduk bersifat individualistik
- Hubungan sosial bersifat Gesselsehaft (Patembayan)
- Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk komplek-komplek tertentu
- Norma agama tidak ketat
- Pandangan hidup kota lebih rasional

KESIMPULAN
Perbedaan Desa Dan Kota
  • Jumlah dan kepadatan penduduk
  • Lingkungan hidup
  • Mata pencaharian
  • Corak kehidupan sosial
  • Srtratifikasi sosial
  • Mobilitas sosial
  • Pola interaksi sosial
  • Solidaritas sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar